Selasa, 10 Maret 2020

Menggugat Arti dari Nama Website! Apa itu Konsientisasi?



Seperti janji penulis dalam artikel sebelumnya. Terkadang membuat judul ataupun nama tidak semudah dibayangkan. Senada dengan ini William Shakespeare pernah mengatakan "apalah arti dari sebuah nama? andaikata kita memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan beraroma wangi", dalam arti suatu nama akan jelas andaikata memiliki makna yang disematkan dalam sebuah doa dan harapan. Kata konsientisasi mungkin jarang kita temui dan kita dengar dalam bahasa sehari-hari. Tak ayal bagi yang belum paham arti ini pasti sedikit ada rasa tanya yang hinggap dalam benaknya dalam balut penasaran (hehe kali aja).
Yaa, konsientisasi merupakan istilah yang digumamkan oleh seorang tokoh pendidikan terkemuka di Amerika Latin, tepatnya Brazil bernama Paulo Freire. Ia adalah pendidik, teolog, humanis, sosialis dan bahkan dianggap messias dunia ketiga (khususnya masyarakat Amerika Latin). Ia tidak hanya seorang yang kontroversial dengan metode pendidikan revolusionernya namun juga sosok yang sulit diterka. Pemikirannya selalu mencerminkan nada gugatan, protes dan berontak terhadap segala bentuk pendidikan yang telah mencabut manusia dari kesadarannyaDialah pejuang kebebasan dunia yang eksis memperjuangkan keadilan bagi orang-orang kelas marginal yang menyusun budaya diam di banyak wilayah. Eksistensi dan peran besarnya dalam pendidikan menempatkan Freire dalam orang-orang revolusioner-radikal.

Referensi Penulis
Karya-karya nya memberikan sumbangsih yang besar terhadap perkembangan pendidikan di dunia sebagaimana yang termaktub pada buku-bukunya seperti: Pendidikan Kaum Tertindas, Pendidikan Sebagai Proses, Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan, Politik Pendidikan dll yang dijadikan salah satu referensi ahli pendidikan masa kini.
Kritik-kritiknya terhadap dehumanisasi melahirkan sebuah ide brilliant, yaitu bagaimana agar masyarakat lebih bersifat humanis sebab hanya dengan semangat humanisme yang mementingkan pembebasan dan pemerdekaan tiap orang-lah, maka penindasan dapat dihapuskan.

Esensi Konsientisasi Pendidikan
Tujuan pendidikan Freire adalah membangun suatu proses pendidikan yang disebutnya “penyadaran” (Conscietization) yang dibangun dalam realitas sosial dan kultural guru dan murid. Dari realitas ini, unsur-unsur tematik, isi, keputusan pedagogis akan muncul. Perpaduan antara teori dan praktik ini memberikan sumbangan bagi kekuatan dan pengaruh gagasan Freire. Dalam pengertian kongkret, metode “penyadaran” dalam proses melek huruf, pada dasarnya dibentuk oleh proses coding dan decoding (mengubah sesuatu menjadi kode dan mengubah kode menjadi sesuatu yang dapat dipahami) terhadap makna-makna linguistik dan sosial yang dijalankan dengan beberapa tahap.
Dalam analisis Freire, kesadaran masyarakat yang dianalogikannya dalam sebuah kode itu dibedakan atas 3 fase: Kesadaran naif, magis dan kritis. Konsep pendidikan Freire ini jika disajikan dalam bentuk skema akan membentuk bagan seperti berikut ini:
Masyarakat berkesadaran magis pada gambar diatas ada pada tangga paling bawah, itu menunjukkan posisinya yang jauh dari hakikat kebebasan, masyarakat berkesadaran naif ada pada posisi tengah, kendatipun posisinya dibawah masyarakat berkesadaran kritis namun dirinya belum dapat dikatakan sebagai pencipta kebebasan yang sesungguhnya. Sebab kendati sudah dapat memahami keadaan mereka tidak kunjung melakukan perubahan dengan alasan tidak memiliki cukup kekuatan untuk merubah. Lain halnya dengan kelompok ketiga yaitu masyarakat berkesadaran kritis, dengan bekal fikiran kritisnya mereka upayakan sepenuhnya untuk dapat berjuang dan merubah keadaan agar menjadi lebih baik dan membebaskan. Masyarakat inilah yang merupakan tujuan yang ingin diwujudkan Freire dalam mencapai cita-cita pendidikan humanistiknya yaitu membentuk manusia berkesadaran kritis untuk mencapai sebuah pembebasan.
Masyarakat berkesadaran magis membuat kehidupan terasa aman, nyaman dan damai. Hal ini yang disukai oleh pemerintah sebagai pencipta kebijakan, karena masyarakat ini condong untuk apatis dan bergerak statis dalam alur kehidupan berbangsa sehingga pemerintah dengan mudah leluasa dalam menentukan politiknya dalam bidang pendidikan ini. Lain halnya dengan masyarakat dengan kesadaran naif. Mereka mengetahui polemik pendidikan namun tak mempunyai kekuatan dan keinginan untuk merubahnya menjadi hal yang semestinya telah mereka pikirkan dalam gagasan dan konsep pendidikan yang di dambakan oleh masyarakat ini. Hal ini jelas masih menjadi suatu hal yang membingungkan, karena mereka memiliki kecemerlangan yang sifatnya terpendam oleh kekuasaan dan kebudayaan yang tidak memihak terhadap mereka sehingga mereka tetap mencari aman atas kesadaran individunya. Sedangkan masyarakat berkesadaran kritis inilah yang menjadi pembeda diantara masyarakat berkesadaran lainnya. Mereka memiliki mobilitas sosial yang dinamis untuk mewujudkan suatu cita-cita menuju kemajuan yang memaslahatkan masyarakat lainnya meskipun mereka terlihat pemberontak atas kebijakan pendidikan yang tak semestinya di jalankan namun mereka memperjuangkannya untuk menjawab tantangan pendidikan yang menurut mereka harus sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang membawa masyarakat menuju pembebasan seutuhnya dalam menuangkan pendidikan humanistik.
Pembebasan merupakan wujud akhir dari bentuk aktualisasi diri masyarakat sebagai kesatuan yang memiliki kesadaran kritis, dinamis, mobilitas tinggi dan dialektis dalam menjawab suatu polemik yang terjadi di ruang pendidikan dan kehidupan sosial lainnya. Mereka yang merdeka adalah mereka yang bebas untuk berkeinginan dengan hasrat serta nurani  dalam menentukan kehidupannya. Sehingga pendidikan hanyalah sarana menuju pendewasaan keilmuan serta sikap mereka atas realitas.

Senin, 09 Maret 2020

Anak dibawah Usia dapat Memiliki KTP! Kok Bisa?



Tahun 2016 silam, Pemerintah mencanangkan suatu program terbaru khusus anak dibawah umur terhitung saat anak itu lahir hingga kurang dari 17 tahun dengan pemberlakuan program Kartu Identitas Anak (KIA). Rencananya program KTP Anak ini mulai berlaku secara nasional pada tahun 2019. Dan kini memasuki tahun 2020, apakah kalian sudah memilikinya? (terkhusus anak dibawah umur) dan apakah kalian yang orang tua sudah menyertakan anaknya untuk memilikinya?
Untuk mendukung program tersebut orang tua juga turut serta dalam pembuatan KIA, karena anak-anak pastinya hanya akan ikut apa yang dilakukan orang tuanya. Jika dulu orang tua dalam hal ini ibu yang baru melahirkan anaknya hanya perlu mengurus akta lahir, kini ada tambahan tugas yaitu mengurus KIA. Setelah KIA selesai, anak tersebut sudah dianggap legal sebagai WNI. Untuk lebih lanjut penulis akan memberikan sedikit ulasan terkait apa itu KIA dan apa fungsi dan gunanya sebagai berikut:

Salah Satu Program Pemerintah
Menurut Pemerintah, pemberlakuan KTP anak rencananya akan berlaku secara bertahap sampai 2019 atas pertimbangan anggaran yang ada, karena saat ini ada sekitar ±79 juta anak di Indonesia. Format berlakunya KTP Anak secara bertahap, dimana daerah yang belum mendapat giliran pemberlakuan maka kedepan akan menyusul daerah berikutnya sebagaimana yang telah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 2 Tahun 2016 mengenai Kartu Identitas Anak.
Atas dasar pertimabangan diatas, seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Permendagri Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak, pemerintah akhirnya membuat tahapan pemberlakuan program KIA sebagai berikut:
1.      Tahun pertama program yaitu Tahun 2016, pemerintah hanya memberlakukan di 50 daerah saja, beberapa diantaranya adalah Malang, Jogja, Pangkalpinang, dan Makassar
2.      Tahun kedua yaitu 2017, jangkauannya bertambah hingga 108 daerah
3.      Program akan terus berlanjut dan ditargetkan tahun 2019 sudah terlaksana semuanya
Pemerintah menerbitkan KIA bertujuan untuk meningkatkan pendataan, perlindungan dan pelayanan publik. KIA juga merupakan upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hak konstitusional warga negara Indonesia.
Segala hal terkait KIA ini diatur dalam payung hukum tersendiri, sebagai berikut:
1.      Pasal 27 UU No. 35/2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak
2.      UU No. 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan, sebagaimana telah diubah dengan UU 24 tahun 2013.

Kartu Identitas Anak (KIA), Mempermudah Anak untuk Mendapatkan Layanan Publik
KTP untuk dewasa dan KIA untuk anak memiliki fungsi yang relatif sama yaitu menjadi tanda pengenal atau bukti diri yang sah saat melakukan pelayanan publik seperti saat mengurus paspor atau untuk keperluan lain yang selama ini menggunakan syarat akta kelahiran.
Mengapa perlu mengurus KIA? Apakah kondisi saat ini memang sudah memerlukan? Jika kita amati dan jalani selama ini, praktek pengurusan administrasi kependudukan anak saat ini relatif kurang efisien. Misalnya saja untuk mengurus layanan administrasi publik, saat ini anak diminta membawa akte kelahiran bagi yang belum sekolah atau jika anak sudah sekolah identitasnya berupa kartu pelajar. Akte kelahiran sendiri cukup riskan untuk dibawa-bawa, selai bentuknya juga tidak “moveble” artinya dalam bentuk selembar akta/surat yang tidak mungkin dimasukkan dompet sehingga relatif susah dibawa kemana-mana. Dengan adanya KIA, yang memiliki konsep seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) maka semua identitas akan tercatat dalam kependudukan masing-masing daerah sehingga membuat proses seperti di atas akan lebih mudah dan efisien lagi.

Masa Berlaku KIA dan Manfaatnya bagi Anak
Salah satu latar belakang terbitnya peraturan mengenai KIA ini adalah untuk memudahkan proses pendataan penduduk yang belum masuk usia 17 tahin (usia KTP). KIA ini sendiri nanti berlaku dari lahir sampai nanti waktunya anak berkewajiban memiliki e-KTP. Dengan hadirnya KIA pemerintah akan lebih mudah lagi dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk anak-anak karena selain sebagai pengenal, KIA juga memudahkan anak untuk dapat mengakses pelayanan publik secara mandiri, seperi misalnya anak-anak nantinya jika ada program dari pemerintah mereka bisa mendapatkan fasilitas seperti misalnya pengurangan harga pada sektor pendidikan, kesehatan, olahraga, atau pariwisata dengan cukup menggunakan kartu ini.
Diantara manfaat tujuan KIA antara lain adalah sebagai berikut :
1.      KIA ditujukan sebagai upaya untuk memenuhi hak anak.
2.      KIA bisa digunakan untuk persyaratan mendaftar sekolah.
3.      KIA bisa juga digunakan sebagai bukti diri si anak sebagai data identitas ketika membuka tabungan atau menabung di bank.
4.      KIA juga berlaku untuk proses mendaftar BPJS.
5.      Jika terjadi masalah misal kasus meninggal dunia pada anak, maka proses identifikasi jenazah dengan korban anak-anak tersebut juga bisa menggunakan KIA untuk mengurus klaim santunan kematian.
6.      KIA mempermudah proses pembuatan dokumen keimigrasian.
7.      Dan yang tak kalah pentingnya, KIA bermanfaat untuk mencegah terjadinya perdagangan anak.

Minggu, 08 Maret 2020

International Women's Day




Manusia dilahirkan dengan setara, baik itu laki-laki maupaun perempuan. Hal tersebut sering kita dengar saat kita masih kecil hingga remaja. Beranjak dewasa kita mulai memahami bahwa hal tersebut hanya dongeng manis yang kita dengar dan baca yang jauh dari realita yang ada. Banyak hal di dunia ini maupaun sekitar kita jauh dari kesetaraan yang selalu kita impikan. Masih ada diskriminasi ras, suku, agama maupun diskriminasi gender yang masih menjadi masalah bersama yang belum tuntas sampai sekarang. Budaya patriarki hingga mesogini menjadi mimpi buruk bersama kaum perempuan yang menghambatnya untuk perkembang dan menentukan nasibnya sendiri. Dan tepat hari ini kita merayakan hari perempuan internasional yang menjadi tanda bahwa perempuan bisa dan mampu merubah jalannya sejarah. Bisahkan perempuan merubah jalannya sejarah ? Apa yang melatarbelakangi hari perempuan internasional ? Bagaimana perempuan menentukan nasibnya sendiri dan merubah jalannya sejarah ? Simak fakta menarik nya berikut !

Berawal dari gerakan kaum buruh 

Sebuah cerita yang beredar di lingkaran internal para jurnalis Prancis, bahwa ada seorang perempuan dari buruh pabrik tekstil melakukan demonstrasi pada 8 Maret 1857 di New York. Demonstrasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melawan penindasan dan gaji buruh yang rendah, tak disangka Demonstrasi ini mendapat dukungan oleh rekan-rekan. Bagaimana tidak ? Kaum buruh saat itu berkerja bagaikan robot. Mereka berkerja dari pagi hingga malam dengan upah kecil, tanpa adanya jaminan asuransi kesehatan dan kesejakteraan seperti sekarang. Serta saat itu, pegawai buruh tekstil di dominasi oleh kaum perempuan dari beberapa wilayah. Berawal oleh satu orang, terus bertambah hingga di ikuti banyak orang, hingga pemilik perusahaan tekstil tersebut tak mampu mengendalikan masa yang anarkis. Hingga pada akhirnya demonstrasi tersebut dibubarkan secara paksa oleh pihak kepolisian.

Peran International Women's Day dalam revolusi Rusia

Melihat dan memanfaatkan momen setiap tanggal 8 Maret, para perempuan di Kekaisaran Tsar  yang kelak menjadi Uni Soviet dan lalu Rusia modern, Melakukan Demonstrasi di Petrograd yang menjadi ibukota kekaisaran pada 1917. Di awali Revolusi Febuari, para perempuan rusia saat itu juga ikut berperan dalam penentuan arah tujuan bangsa rusia yang korup dan nepotis. Politik yang tidak stabil membuat perekonomian Rusia hancur ditambah kerugian yang diderita Rusia akibat bergabung dengan Perang Dunia I. Mereka menuntut agar Tsar Nicholas II mundur karena dinilai gagal menjalankan roda pemerintahan. Aparatur negara saat itu kaget, bagaimana mungkin kaum perempuan yang biasanya hanya di rumah atau buruh pabrik bisa melakukan hal tersebut. Apalagi pendidikan hanya diperuntukkan bagi kaum lelaki, membuat angka buta huruf dan pendidikan di rusia sangat rendah untuk kaum perempuan. Puluhan ribu warga Petograd atau St. Petesburg turun ke jalan-jalan memprotes kekurangan makanan yang mereka derita dikarenakan pemerintahan Tsar. Revolusi ini berhasil menggulingkan Tsar Nicholas II dan mengakhiri era pemerintahan para Tsar atau kaisar di negeri itu, dan terbentuklah Uni Soviet.

Di rayakan setiap tanggal 8 Maret

Tidak seperti demostrasi di New York saat 1857 , demontrasi di rusia pada 1917 berbuah manis untuk setiap kalangan. Peran kaum perempuan menjadi sangat diperhitungkan dalam menentukan arah tujuan bangsa. Maka pemerintahan uni soviet saat itu menetapkan 8 Maret sebagai hari libur nasional untuk merayakan perjuangan kaum perempuan. Melihat betapa vital dan pentingnya peran perempuan, Uni soviet juga mengajuhkan agar 8 Maret ditetapkan menjadi hari perempuan internasional. Maka pada tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Terlepas betapa pentingnya perempuan, serta peran mereka dalam merubah sejarah dan arah langkah bangsa. Kaum perempuan tetap dihadapkan pada diskriminasi, yang sulit untuk dihilangkan. Budaya patriarki sudah mendarah daging lalu sifat Mesogini dalam masyarakat. Hal ini sebagai tanda bahwa perjuangan kaum perempuan jauh dari kata selesai untuk kesetaraan. Tetapi ibarat sebuah sayap, dimana lelaki adalah sayap kanan dan perempuan adalah sayap kiri. Jika memgharapkan sebuah langkah jauh kedepan maka tak boleh saling mengandalkan diantara keduanya. Lebih baik berjalan bersama secara beriringan untuk terbang menuju hari esok yang lebih baik. Selamat hari perempuan internasional, ingatlah perjuangan kita belum selesai.

Manusia dan Teknologi. Akankah menuju Manusia Teknologi?

Ket. Robot Sophia dan Manusia

Kita memasuki era dimana teknologi menjadi senjata paling termuktahir bagi kehidupan manusia. Bagaimana tidak? Manusia secara hakikat merupakan makhluk sosial dan juga makhluk ekonomi. Maka dari itu dapat pula disematkan pada dirinya bahwa manusia juga berkebutuhan dan berkepentingan. Secara ekonomi, kita mengetahui bahwa kebutuhan secara intensitasnya terbagi menjadi 3, yakni primer, sekunder dan tersier. Dahulu kala teknologi masih terbilang kebutuhan sekunder namun jika kita menilik pada fakta yang ada pada era mordernitas kini mungkin dan bahkan bisa jadi teknologi merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap insan yang hidup di muka bumi ini. Handphone harus dipenuhi oleh setiap manusia sebagai kebutuhannya. Televisi, motor, mobil juga hampir dimiliki setiap keluarga dan begitupun teknologi lainnya yang menghiasi rumah dan lingkungan kita berada. Yaa, teknologi merupakan alat bantu dan penunjang kehidupan namun kini juga dapat menjadi penunjang perekonomian beberapa kalangan dan profesi yang memanfaatkan alat ini, termasuk penulis blog ini jikalau boleh jujur hehe.

Latar Pemikiran Penulis dalam Menulis ini

Berdasarkan pengetahuan penulis atas referensi yang di dapatkan dari tulisan Yuval Noah Harari, yakni penulis asal Israel yang juga pernah melakukan studi di Oxford, Inggris. Ia menulis beberapa buku diantaranya : Sapiens, Homo Deus dan 21 Lessons for 21st Century. Dimana ketiga buku tersebut merupakan salah satu tumpuan penulis dalam beberapa artikelnya.
Sapiens adalah bahasa ilmiah dari manusia, yang berarti bijak. Berisi tentang hikayat-hikayat tentang kemanusiaan atau cerita manusia dengan rasa ilmiah modern yang penuh dengan bukti empiris. Manusia dalam perkembangannya berawal dari kasta tengah di dalam piramida kehidupan, dapat naik hingga menjadi penguasa di darat yang tunggal. Berawal dari inovasi-inovasi yang mereka lakukan dalam meniru alam, tumbuhan hingga binatang yang melahirkan kerjasama kuat untuk menaklukkan dunia.
Homo Deus  adalah bahasa yang dalam pemaknaannya adalah manusia yang ingin dan menuju ketuhanannya. Atau dalam arti makna tersebut secara tersirat menginginkan adanya keabadian. Hal ini dibuktikan dengan penemuan-penemuan terbaru yang sungguh tak lazim pada stuktural fisik manusia yang tak lain sudah terkontaminasi oleh mekanik, robotik dan medis. Rekayasa semacam itu yang menjadikan manusia memperpanjang usia dan daya mereka menuju tuhan yang abadi di bumi ini.
21 Lessons  adalah buku yang berisi temtang isu-isu yang hangat dilihat sekarang. Jika Sapiens berfokus pada masa lalu tentang asal usul manusia, dan homo deus berfokus pada masa depan manusia pasca mendapatkan kekuatan untuk menaklukkan alam bahkan memungkinkan ia menjadi mahluk terkuat . Maka 21 lessons lebih membahas dan berisi tentang masa kini. Beberapa topik yang diangkat yakni tentang perang nuklir yang bisa saja terjadi, bencana ekologis karena pemanasan global  yang disepelekan hingga isu tentang teroris yang di anggap kecil tetapi dianggap dengan reaksi besar oleh negara adidaya US.
Berakar dari ketiga tema buku yang bertajuk  manusia dan teknologi tersebut sesungguhnya manusia juga dihadapkan oleh perang teknologi. Bayangkan!, manusia dapat membuat, merancang, mencanangkan, merekomendasikan,  dan menggunakan teknologi sebagai kebutuhan dan kepentingan khusus bagi dirinya. Tetapi apakah manusia juga memikirkan efek samping dari teknologi? Yaa, jauh hari sudah ditekankan bahwa adanya teknologi dirancang dan diciptakan sedemikian rupa untuk membantu manusia dalam berbagai ruang lingkup dan sendi kehidupan. Tetapi tetap saja beberapa diantaranya menjadikan teknologi menjadi sesuatu yang berlebihan dan justru kebergantungan yang menyebabkan beberapa pengaruh psikologis manusia.
Sesungguhnya manusia dan teknologi  dalam kehidupan dapat dikatakan sebagai suatu perjalanan yang saling beriringan. Tetapi lambat laun teknologi sudah semakin melekat pada diri manusia dan menggiring suatu oponi baru bahwa manusia teknologi adalah spesies terbaru yang mungkin akan muncul dalam era mordernitas ini (canda dikit hehe).
Oleh karena itu penulis meyeruakan di era industri 4.0 yang bertajuk digitalisasi ini kepada pembaca untuk memperhatikan tingkat kesadarannya (consientitation) sebagai manusia di bumi dan  manusia ciptaan Tuhan yang nanti akan dibahas pada artikel setelahnya.

Sabtu, 07 Maret 2020

Melihat Pulau Galang, Lokasi yang direncanakan untuk Dibangun Rumah Sakit Khusus Pasien Corona







Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga negara Indonesia (WNI) terjangkit virus corona, yang tentu saja membuat publik geger. Mengetahui Adanya 2 orang pasien yang positif terinfeksi virus corona di Indonesia, pemerintah tampaknya mengambil langkah cepat tanggap. Sebelumnya, Indonesia merupakan negara Asia Tenggara satu-satunya yang tak disinggahi oleh corona, namun pasca pertemuan dua orang WNI dengan warga Jepang yang disebut positive corona, mereka juga tertular, hingga saat ini keduanya berada dalam perawatan pihak medis. Berbagai antisipasi telah dilakukan. Misalnya melalui media yang menyebarkan apa saja yang harus dilakukan untuk menghindari wabah corona. Pemerintah pun bergerak dengan sangat cepat, mereka mengambil langkah akan mendirikan rumah sakit khusus untuk penderita penyakit menular, terutama corona, yang bertempat di Pulau Galang. Lalu Seperti apakah pulau ini? Simak dalam ulasan berikut ini ya!
Pulau tempat menampung para pengungsi Vietnam
Pulau Galang  terletak di Kepulauan Riau. Meski luasnya 80 hektar, kampung ini tak dihuni oleh seorang pun, hanya menjadi saksi sejarah yang dijadikan sebagai tempat pariwisata. Pulau ini merupakan tempat pelarian para warga vietnam karena perang saudara pada tahun 1979. Karena sudah merasa tidak aman dan tertindas komunis di negaranya sendiri, orang-orang Vietnam melarikan diri ke Indonesia. Mereka harus menyeberangi Laut Cina Selatan menggunakan perahu kayu berpenumpang 40 – 100 orang. Terombang-ambing di lautan membuat sebagian mereka terdampar di pulau dan mati kelaparan, sebagian lagi berhasil mendarat ke daratan Indonesia, yaitu pulau ini. Peristiwanya persis seperti para pengusngsi Rohingya saat adanya konflik di Myanmar beberapa waktu terakhir.
Misteri kampung Vietnam yang angker
Selama berada di Pulau Galang, para penduduk Vietnam ini mendirikan rumah, tempat ibadah, bahkan museum. Setelah keadaan membaik, mereka dipulangkan ke negara mereka lagi, dan pulau ini menjadi tempat yang ditinggalkan. Konon, karena merupakan lahan kosong, ada banyak sekali kejadian aneh yang terjadi di Pulau Galang ini. Konon para wisatawan yang datang ke sana kerap melihat penampakan. Tak hanya itu saja, pulau ini sering dijadikan sebagai tempat uji nyali beberapa stasiun televisi. Ada lagi larang yang terkenal di sana, yakni tidak boleh mengambil buah mengkudu yang hidup dan tumbuh di pulau Galang.
Menjadi salah satu opsi rumah sakit untuk pasien corona
Saat ini, banyak warga Indonesia yang takut akan infeksi virus corona. Makanya, pemerintah memberikan opsi untuk dibangun rumah sakit khusus untuk karantina pasien yang tertular virus corona. Berdasarkan pernyataan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, mereka sudah mengobservasi tempat tersebut.  Kalau memang nantinya disepakati di sana, maka bangunan lama akan dipugar dan diperbaiki. Menurut mereka, gedung-gedung dan rumah ibadah masih ada di sana, karena memang tempat tersebut dibuka untuk para wisatawan yang mau berkunjung ke dalamnya.
Pilihan lain selain Pulau Galang
Tak hanya Pulau Galang saja ternyata, pemerintah juga sudah punya opsi tempat kedua, yang nantinya dijadikan sebagai tempat karantina para pasien yang menderita virus corona. “Di samping kita juga memiliki satu tempat untuk observasi yaitu di Natuna,” kata Panglima, melansir dari smol.id. Seperti yang kita ketahui, sebelumnya para WNI yang pulang dari Wuhan, Cina juga sempat menjalani masa karantina di pulau Natuna. Masa karantina ini berjalan selama kurang lebih 14 hari, pada pertengahan Februari lalu, mereka resmi dipulangkan ke Jakarta. Semoga saja wabah virus corona ini segera berakhir ya, dan tak ada lagi orang yang terinfeksi. Di Cina sendiri, 50% dari mereka yang sempat dirawat tenaga medis sudah kembali bisa disembuhkan. Semoga pula penyebarannya di semua negara segera bisa berakhir. kita juga harus mendukung penuh upaya pemerintah dalam menanggulangi virus ini. karena dalam suatu bencana apalagi bencana biologis seperti sekarang ini, peminimalan jumlah korban adalah prioritas utama segala pihak tanpa perlu saling menyalahkan.