Manusia dilahirkan dengan setara, baik itu laki-laki maupaun perempuan. Hal tersebut sering kita dengar saat kita masih kecil hingga remaja. Beranjak dewasa kita mulai memahami bahwa hal tersebut hanya dongeng manis yang kita dengar dan baca yang jauh dari realita yang ada. Banyak hal di dunia ini maupaun sekitar kita jauh dari kesetaraan yang selalu kita impikan. Masih ada diskriminasi ras, suku, agama maupun diskriminasi gender yang masih menjadi masalah bersama yang belum tuntas sampai sekarang. Budaya patriarki hingga mesogini menjadi mimpi buruk bersama kaum perempuan yang menghambatnya untuk perkembang dan menentukan nasibnya sendiri. Dan tepat hari ini kita merayakan hari perempuan internasional yang menjadi tanda bahwa perempuan bisa dan mampu merubah jalannya sejarah. Bisahkan perempuan merubah jalannya sejarah ? Apa yang melatarbelakangi hari perempuan internasional ? Bagaimana perempuan menentukan nasibnya sendiri dan merubah jalannya sejarah ? Simak fakta menarik nya berikut !
Berawal dari gerakan kaum buruh
Sebuah cerita yang beredar di lingkaran internal para jurnalis Prancis, bahwa ada seorang perempuan dari buruh pabrik tekstil melakukan demonstrasi pada 8 Maret 1857 di New York. Demonstrasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melawan penindasan dan gaji buruh yang rendah, tak disangka Demonstrasi ini mendapat dukungan oleh rekan-rekan. Bagaimana tidak ? Kaum buruh saat itu berkerja bagaikan robot. Mereka berkerja dari pagi hingga malam dengan upah kecil, tanpa adanya jaminan asuransi kesehatan dan kesejakteraan seperti sekarang. Serta saat itu, pegawai buruh tekstil di dominasi oleh kaum perempuan dari beberapa wilayah. Berawal oleh satu orang, terus bertambah hingga di ikuti banyak orang, hingga pemilik perusahaan tekstil tersebut tak mampu mengendalikan masa yang anarkis. Hingga pada akhirnya demonstrasi tersebut dibubarkan secara paksa oleh pihak kepolisian.
Peran International Women's Day dalam revolusi Rusia
Melihat dan memanfaatkan momen setiap tanggal 8 Maret, para perempuan di Kekaisaran Tsar yang kelak menjadi Uni Soviet dan lalu Rusia modern, Melakukan Demonstrasi di Petrograd yang menjadi ibukota kekaisaran pada 1917. Di awali Revolusi Febuari, para perempuan rusia saat itu juga ikut berperan dalam penentuan arah tujuan bangsa rusia yang korup dan nepotis. Politik yang tidak stabil membuat perekonomian Rusia hancur ditambah kerugian yang diderita Rusia akibat bergabung dengan Perang Dunia I. Mereka menuntut agar Tsar Nicholas II mundur karena dinilai gagal menjalankan roda pemerintahan. Aparatur negara saat itu kaget, bagaimana mungkin kaum perempuan yang biasanya hanya di rumah atau buruh pabrik bisa melakukan hal tersebut. Apalagi pendidikan hanya diperuntukkan bagi kaum lelaki, membuat angka buta huruf dan pendidikan di rusia sangat rendah untuk kaum perempuan. Puluhan ribu warga Petograd atau St. Petesburg turun ke jalan-jalan memprotes kekurangan makanan yang mereka derita dikarenakan pemerintahan Tsar. Revolusi ini berhasil menggulingkan Tsar Nicholas II dan mengakhiri era pemerintahan para Tsar atau kaisar di negeri itu, dan terbentuklah Uni Soviet.
Di rayakan setiap tanggal 8 Maret
Tidak seperti demostrasi di New York saat 1857 , demontrasi di rusia pada 1917 berbuah manis untuk setiap kalangan. Peran kaum perempuan menjadi sangat diperhitungkan dalam menentukan arah tujuan bangsa. Maka pemerintahan uni soviet saat itu menetapkan 8 Maret sebagai hari libur nasional untuk merayakan perjuangan kaum perempuan. Melihat betapa vital dan pentingnya peran perempuan, Uni soviet juga mengajuhkan agar 8 Maret ditetapkan menjadi hari perempuan internasional. Maka pada tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Terlepas betapa pentingnya perempuan, serta peran mereka dalam merubah sejarah dan arah langkah bangsa. Kaum perempuan tetap dihadapkan pada diskriminasi, yang sulit untuk dihilangkan. Budaya patriarki sudah mendarah daging lalu sifat Mesogini dalam masyarakat. Hal ini sebagai tanda bahwa perjuangan kaum perempuan jauh dari kata selesai untuk kesetaraan. Tetapi ibarat sebuah sayap, dimana lelaki adalah sayap kanan dan perempuan adalah sayap kiri. Jika memgharapkan sebuah langkah jauh kedepan maka tak boleh saling mengandalkan diantara keduanya. Lebih baik berjalan bersama secara beriringan untuk terbang menuju hari esok yang lebih baik. Selamat hari perempuan internasional, ingatlah perjuangan kita belum selesai.
Sumpah ini artikel bagus banget 👍🏻 kaum hawa wajib baca 👍🏻
BalasHapus