![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh86zUOvsN1UcTe3tTbPfvcd0AzWK8rXLXKhZH1M5wnVJYxcDjIos-QocDZ8t2Gb9LuXGKrf7CiGYVUCJQ_KR9rm9YJanqSEstHTL0yWev6kjS9zhTODb0eC6UN9z1aAhGnqOS0ZFOzuA/s1600/images-_5_.jpg)
Ket. Robot Sophia dan Manusia
Kita memasuki era dimana teknologi menjadi senjata paling
termuktahir bagi kehidupan manusia. Bagaimana tidak? Manusia secara hakikat
merupakan makhluk sosial dan juga makhluk ekonomi. Maka dari itu dapat pula
disematkan pada dirinya bahwa manusia juga berkebutuhan dan berkepentingan.
Secara ekonomi, kita mengetahui bahwa kebutuhan secara intensitasnya terbagi
menjadi 3, yakni primer, sekunder dan tersier. Dahulu kala teknologi masih
terbilang kebutuhan sekunder namun jika kita menilik pada fakta yang ada pada
era mordernitas kini mungkin dan bahkan bisa jadi teknologi merupakan kebutuhan
primer yang harus dipenuhi oleh setiap insan yang hidup di muka bumi ini.
Handphone harus dipenuhi oleh setiap manusia sebagai kebutuhannya. Televisi, motor, mobil juga hampir dimiliki
setiap keluarga dan begitupun teknologi lainnya yang menghiasi rumah dan
lingkungan kita berada. Yaa, teknologi merupakan alat bantu dan penunjang kehidupan namun kini juga dapat menjadi penunjang perekonomian beberapa
kalangan dan profesi yang memanfaatkan alat ini, termasuk penulis blog ini
jikalau boleh jujur hehe.
Latar Pemikiran Penulis dalam Menulis ini
Latar Pemikiran Penulis dalam Menulis ini
Berdasarkan pengetahuan penulis atas referensi yang di
dapatkan dari tulisan Yuval Noah Harari, yakni penulis asal Israel yang juga
pernah melakukan studi di Oxford, Inggris. Ia menulis beberapa buku diantaranya
: Sapiens, Homo Deus dan 21 Lessons for 21st Century. Dimana ketiga buku
tersebut merupakan salah satu tumpuan penulis dalam beberapa artikelnya.
Sapiens adalah bahasa ilmiah dari manusia, yang berarti
bijak. Berisi tentang hikayat-hikayat tentang kemanusiaan atau cerita manusia
dengan rasa ilmiah modern yang penuh dengan bukti empiris. Manusia dalam
perkembangannya berawal dari kasta tengah di dalam piramida kehidupan, dapat
naik hingga menjadi penguasa di darat yang tunggal. Berawal dari
inovasi-inovasi yang mereka lakukan dalam meniru alam, tumbuhan hingga binatang
yang melahirkan kerjasama kuat untuk menaklukkan dunia.
Homo Deus adalah
bahasa yang dalam pemaknaannya adalah manusia yang ingin dan menuju
ketuhanannya. Atau dalam arti makna tersebut secara tersirat menginginkan
adanya keabadian. Hal ini dibuktikan dengan penemuan-penemuan terbaru yang
sungguh tak lazim pada stuktural fisik manusia yang tak lain sudah
terkontaminasi oleh mekanik, robotik dan medis. Rekayasa semacam itu yang
menjadikan manusia memperpanjang usia dan daya mereka menuju tuhan yang abadi
di bumi ini.
21 Lessons adalah
buku yang berisi temtang isu-isu yang hangat dilihat sekarang. Jika Sapiens
berfokus pada masa lalu tentang asal usul manusia, dan homo deus berfokus pada
masa depan manusia pasca mendapatkan kekuatan untuk menaklukkan alam bahkan
memungkinkan ia menjadi mahluk terkuat . Maka 21 lessons lebih membahas dan
berisi tentang masa kini. Beberapa topik yang diangkat yakni tentang perang nuklir
yang bisa saja terjadi, bencana ekologis karena pemanasan global yang disepelekan hingga isu tentang teroris
yang di anggap kecil tetapi dianggap dengan reaksi besar oleh negara adidaya
US.
Berakar dari ketiga tema buku yang bertajuk manusia dan teknologi tersebut sesungguhnya
manusia juga dihadapkan oleh perang teknologi. Bayangkan!, manusia dapat
membuat, merancang, mencanangkan, merekomendasikan, dan menggunakan teknologi sebagai kebutuhan
dan kepentingan khusus bagi dirinya. Tetapi apakah manusia juga memikirkan efek
samping dari teknologi? Yaa, jauh hari sudah ditekankan bahwa adanya teknologi
dirancang dan diciptakan sedemikian rupa untuk membantu manusia dalam berbagai
ruang lingkup dan sendi kehidupan. Tetapi tetap saja beberapa diantaranya
menjadikan teknologi menjadi sesuatu yang berlebihan dan justru kebergantungan
yang menyebabkan beberapa pengaruh psikologis manusia.
Sesungguhnya manusia dan teknologi dalam kehidupan dapat dikatakan sebagai suatu
perjalanan yang saling beriringan. Tetapi lambat laun teknologi sudah semakin
melekat pada diri manusia dan menggiring suatu oponi baru bahwa manusia
teknologi adalah spesies terbaru yang mungkin akan muncul dalam era mordernitas ini (canda
dikit hehe).
Oleh karena itu penulis meyeruakan di era industri 4.0
yang bertajuk digitalisasi ini kepada pembaca untuk memperhatikan tingkat
kesadarannya (consientitation) sebagai manusia di bumi dan manusia ciptaan Tuhan yang nanti akan dibahas
pada artikel setelahnya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSangat bermanfaat 👍🏻
BalasHapus