Rabu, 11 Maret 2020

Kunjungan Raja dan Ratu Belanda, kembali untuk rempah-rempahkah ?



Kunjungan raja dan ratu belanda ke Indonseia penuh dengan hal-hal menarik. Bagaimana tidak hubungan lika-liku antara kedua negara memang sering pasang dan surut. Setelah serangkaian perang dan penjajahan untuk memperjuangkan kebebasnya, bangsa Indonesia mendapat kunjungan dari belanda yang sebelumnya menjajah sekian lama. Sebelumnya Belanda datang ke Indonesia memang tertarik dengan rempah-rempah yang hanya bisa tumbuh baik dibumi nusantara, ternyata melihat agenda yang akan dilakukan oleh keluarga kerajaan Belanda memang menegaskan akan adanya hubungan dagang antara kedua mantan musuh ini, lalu apakah mereka kembali untuk rempah-remapah ? simak fakta menariknya berikut ini :

Kedatangan Raja dan Ratu Belanda


Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kenegaraan Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Selasa 10 Maret 2020. Kunjungan ini diketahui bukan yang pertama kali. Ratu Maxima pernah berkunjung pada 2016 dan kembali ke Indonesia pada 2018.  Raja Alexander dan Ratu Maxima tiba di Istana Kepresidenan Bogor dan diterima langsung Jokowi dan Ibu Negara Iriana. Acara diawali upacara penyambutan tamu negara dengan iringan lagu kebangsaan masing-masing yang dikumandangkan secara instrumental. Ratusan anak SD berpakaian adat dan membawa bendera juga turut menyambut kedatangan Raja Alexander dan Ratu Maxima. g. Nantinya Jokowi dan Raja Alexander dan Ratu Maxima akan memberikan keterangan bersama tentang pertemuan tersebut. Rencananya Raja Willem dan Ratu Maxima akan melakukan kunjungan ke sejumlah wilayah di Indonesia hingga 13 Maret mendatang. 

Apa tujuan kunjungan Raja-Ratu Belanda?
Dari agenda kunjungan yang dirilis ke publik, pemerintah Indonesia dan Raja serta Ratu Belanda tidak dijadwalkan membicarakan masa lalu. Pelaksana Tugas Juru (PLT) Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, mengatakan kunjungan itu akan berfokus pada kerja sama yang saling menguntungkan. "Kunjungan ini akan kita bersama-sama manfaatkan untuk meneguhkan kerja sama ke depan yang saling menguntungkan, khususnya di bidang ekonomi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia," ujarnya. Pernyataan resmi Kerajaan Belanda mengungkapkan hal senada.

Agenda bisnis dan membawah para Investor


"Kunjungan kenegaraan menegaskan hubungan dekat dan luas antara kedua negara dan akan diarahkan untuk kerja sama di masa depan." Ujar Teuku Faizasyah. Indonesia berencana  mengekspor sejumlah komoditas ke Belanda, yang tentu sajah sangat dibutuhkan di negara Belanda. Barang-barang dan produk yang akan dikirim ke Belanda  di antaranya minyak sawit, asam lemak monokarboaksilat, dan biodiesel. Sementara, Belanda menawarkan barang serta produk untuk diekspor seperti minyak sulingan, kendaraan bermotor pengangkut barang, hingga olahan makanan ke Indonesia. Ratusan pengusaha Belanda akan ikut dalam rombongan Raja dan Ratu Belanda, ikut menegaskan bahwa mereka serius untuk program jangka panjang ini.

Apa sih kegunaan dari produk yang di ekspor ke Belanda?

Melihat manfaat Minyak sawit, umumnya digunakan sebagai minyak goreng. Seperti yang terdapat di Afrika, Asia Tenggara, dan negara-negara tertentu di Amerika Selatan. tetapi, minyak kelapa sawit juga digunakan untuk memproduksi bahan bakar bio untuk kendaraan bermotor dan pesawat, juga bisa bermnfaat untuk bidang kesehatan dan terpenting kecantikkan. Sedangkan asam lemak monokarboaksilat berguna untuk kecantikan dan meningkatkan daya ingat, lalu biodiesel memang secara tidak langsung berhubungan dengan kegunaan minyak kelapa sawit. Dimana penggunaan energy alternative memang sering di genjar-genjorkan penggunaannya di Eropa. Hal ini juga berguna untuk Indonesia yang menerima minyak suling hasil olahan minyak mentah, yang kenyataannya belum bisa mengeolah sendiri minyaknya.
Melihat kedatangan belanda ke Indonesia tentu mendatangkan keuntungan sendiri untuk negara kita. Melihat musuh bebuyutan yang dulu saling serang demi membela kepentingan masing-masing sekarang duduk bersama membahas hubungan jangka panjang. Tapi sebagai warga negara yang paham betul betapa kejamnya Belanda saat menjajah dulu tentu saja menolak kedatangan mereka. Tapi terlepas itu sebagai negara tentu tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantauan negara lain, hal ini berlaku untuk Indonesia bahkan Belanda sendiri.


Jumat, 06 Maret 2020

Mengenal Aztec, Suku yang Hobi Menumbalkan Manusia


Sudah banyak penemuan sejarah mengenai peradaban manusia-manusia lampau di muka bumi ini. Mulai dari peradaban di zaman prasejarah hingga peradaban di zaman yang lebih maju dari itu. Tak terkecuali dari benua Amerika. Suku-suku Indian merupakan penduduk awal yang mendiami benua tersebut. Dikabarkan mereka berasal dari Asia yang mengarungi Selat Bering untuk bisa sampai di sana sebelum permukaan laut naik dan memisahlkan darat asia dan amerika. Di antara para Indian, ada tiga suku besar yang telah mengenal tinggi kebudayaan dan religi.
Mereka ini ialah Suku Inka yang berada di Peru, Amerika Selatan, kompleks suku ini berpusat di Cuzco. Kemudian ada Suku Maya yang berada di Meksiko, Amerika Tengah, kompleksnya berpusat di Yucatan. Serta Suku Aztec yang berpusat di Tenochtitlan, Meksiko, Amerika Tengah. Ketiga suku ini memiliki kebudayaan yang hampir sama.
Dalam kebudayaan tiga suku ini memiliki kepercayaan menyembah patung yang dianggap menjembatani manusia dengan dewa, serta mengadakan upacara persembahan dengan mengorbankan tumbuhan, binatang, bahkan manusia. Namun di antara ketiga suku tersebut, suku Aztec lah yang bisa sedikit jelas pembuktiannya. Melalui sejarah lisan atau legenda maupun dari dokumen tertulis abad 16 dan 17 yang merupakan laporan saksi mata penakluk Spanyol, penemuan arkeologi, dan naskah kuno.

Asal-usul Suku Aztec
Menurut legenda, suku ini berasal dari suatu tempat bernama Aztlan yang sebenarnya tidak diketahui secara pasti lokasi keberadaannya. Aztlan sendiri memiliki makna “tempat yang putih” atau “tempat burung kuntul”. Dari sejarah lisan suku Aztec diketahui bahwa selama bertahun-tahun mereka mengembara mencari tempat tinggal. Hingga pada tahun 1200-an mereka sampai di Lembah Meksiko yang telah didiami orang Indian lain.
Sempat menetap di suatu wilayah yang dihuni banyak ular namun kemudian diusir oleh raja lokal. Sekitar tahun 1325 mereka tiba di sebuah pulau kecil di Danau Texcoco dan memutuskan untuk membangun pemukiman yang sekarang dikenal dengan sebutan kota Tenochtitlan. Nama Aztec sendiri dianggap tidak asli karena mereka menyebut diri sebagai Tenocha, Mexica atau Mexicacolhua. Kepercayaan Suku Aztec
Suku Aztec memiliki tradisi dan ritual yang cukup rumit. Itu disebabkan oleh kepercayaan mereka pada banyak dewa atau yang disebut Politheis. Setiap berhasil menaklukkan sebuah wilayah, suku Aztec menambahkan semua dewa dari wilayah taklukan tersebut ke agama mereka. Suku Aztec meyakini bahwa bantuan para dewa untuk keberlangsungan hidup mereka membutuhkan imbalan berupa pengorbanan.
Bahkan mereka sanggup mengorbankan lidah, telinga, dan alat kelamin demi mendapat bantuan yang sangat penting. Dalam kepercayaan suku ini terdapat tiga dewa utama yaitu Huitzilopochtli, Quetzalcoatl, dan Tezcatlipoca yang diyakini telah mengorbankan diri dengan memberikan jantung mereka kepada matahari. Sehingga hal tersebut semakin membuat suku Aztec yakin bahwa jika mereka tidak melakukan pengorbanan maka matahari tidak akan pernah terbit lagi.

Ritual Pengorbanan Manusia

Sejarah menyebut bahwa ritual Suku Aztec telah menyebabkan hilangnya puluhan ribu lebih nyawa manusia. Darah dan jantung para tumbal dianggap sebagai air yang berharga bagi para dewa. Upacara pengorbanan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu memilih korban, kemudian korban dibawa ke altar dalam kuil atau piramida, barulah pendeta melakukan eksekusi dengan cara menyayat dada dan mengambil jantung ketika korban masih hidup, lalu membakar jantung tersebut, terakhir mayat korban dilempar dari atas piramida.
Beda halnya dengan cara pengorbanan untuk persembahan bagi Huehueteotl, di mana korban dilemparkan ke dalam api kemudian ditarik keluar sebelum mati untuk diambil jantungnya yang kemudian dibakar. Para pendeta bahkan memakan daging dan meminum sebagian darah korban ritual. Pengorbanan anak-anak dilakukan pada musim semi untuk Dewa Hujan. Sedangkan pengorbanan perawan untuk Dewi Xochipilli, dan seorang pria tampan bersama empat gadis yang dikencaninya untuk Dewa Tezcatlipoca.

Beberapa Teori Mengenai Alasan Ritual Pengorbanan Manusia
Meski sejarah mengatakan bahwa ritual sadis suku Aztec adalah untuk persembahan bagi dewa-dewi, tetap ada saja yang memberi penyangkalan. Seorang antropolog bernama Michael Harner berpendapat bahwa pengorbanan manusia tersebut merupakan kanibalisme karena suku Aztec tidak memiliki cukup daging untuk makanan mereka.
Namun diketahui bahwa suku Aztec menghasilkan jagung, kacang, serta beternak ayam dan kalkun sehingga dapat menjadi sumber protein dan vitaminnya. Hipotesis lain menyebut pengorbanan tersebut untuk mengurangi jumlah penduduk. Ada pula pendapat lain yang mengatakan tujuannya adalah untuk menakut-nakuti para pembangkang atau pemberontak. Sebagian besar yang menjadi korban adalah tawanan perang dan orang-orang dalam suku yang bersalah.
Sejatinya, di balik kesadisan ritual suku Aztec, ada pula hal-hal positif mengenai mereka. Di antaranya adalah kemajuan peradaban di masanya. Dikatakan bahwa ilmu pengetahuan mereka lebih baik dibanding bangsa Spanyol. Kesenian, olahraga, sistem ekonomi, dan sistem organisasi pun tidak bisa diremehkan. Suku ini juga terbilang cerdas dengan keahliannya membuat tembikar, patung, gambar, serta bangunan-bangunan artistik yang membuat manusia modern berdecak kagum.




Kamis, 05 Maret 2020

Herman Cortes penakluk Aztec yang sangat berambisi



Sejak awal abad ke-14 sampai akhir abad ke-18, Eropa sedang memasuki periode Zaman Penjelajahan. Orang-orang Eropa mulai berlayar mencapai daerah baru yang umumnya merujuk pada benua Amerika atau daerah lain yang belum pernah diketahui sebelumnya. Sebuah periode yang menandai dimulainya era kolonialisme. hal ini dilatarbelakangi oleh penaklukkan konstantinopel oleh bangsa turki, yang mengharuskan masyarakat eropa mencari sendiri rempah-rempah ke timur jauh. Dari sederet tokoh Eropa yang muncul memimpin ekspedisi pelayaran dan penaklukan, nama Hernan Cortes mencuat sebagai orang Spanyol yang sukses menundukkan kerajaan Aztec sekarang Meksiko secara penuh. Bagaimana Cortes menaklukkan kerajaan Aztec ? siapa sebenarnya cortes ? simak ulasan dan fakta menariknya berikut.

Mengenal masyarakat Aztec
Kata Aztec berarti "orang-orang dari Aztlan’’ yakni tempat yang dimitoskan sebagai negeri asal beberapa suku bangsa yang bermukim di kawasan tengah Meksiko. Suku bangsa ini tergolong besar dan diperkirakan memiliki penduduk yang padat saat itu, dengan perekonomian mengandalkan perdagangan yang berbasis pertanian jagung. Suku bangsa ini tak memiliki mata uang sendiri, system perekonomian dalam transaksi menggunakkan system barter barang. Kain dan buah kakao sering digunahkan untuk menukar kebutuhan pokok saat itu. System pemerintahan Aztec adalah kerajaan dimana seorang raja ditunjuk sebagai pemimpin dengan dibantu beberapa penasihat. Dalam kebudayaan Aztec memiliki kepercayaan menyembah patung yang dianggap menjembatani manusia dengan dewa, serta mengadakan upacara persembahan dengan mengorbankan tumbuhan, binatang, bahkan manusia. Melalui sejarah lisan atau legenda maupun dari dokumen tertulis abad 16 dan 17 yang merupakan laporan saksi mata penakluk Spanyol, penemuan arkeologi, dan naskah kuno.

Awal Mula Petualangan Cortes
Bernama lengkap Hernán Cortés, marqués del Valle de Oaxaca, ia lahir di Medellin, provinsi Extremadura, Spanyol pada 1485 dari pasangan Martin Cortés de Monroy dan Catalina Pizarro Altamirano. Keluarganya merupakan golongan priyayi yang dihormati meski tak sekaya dan sebesar priayi lainnya. Cortes, yang dikenal sebagai penakluk sukses, sejatinya tak punya jam terbang tinggi dalam hal perang. Pendidikan terakhirnya adalah ilmu hukum di University of Salamanca dan tidak tamat. Baru dua tahun kuliah, ia merasa bosan dan memutuskan berhenti. Cortes berpaling dari dunia pendidikan dan mulai terpesona dengan kisah-kisah penemuan emas dan kekayaan lainnya di Dunia Baru.
Apa yang dimaksud dengan "Dunia Baru" di zaman itu adalah daratan benua Amerika. Kata tersebut muncul pada abad ke-15 berbarengan dengan dimulainya Zaman Penjelajahan. Penyebutan Dunia Baru muncul karena sebelumnya orang Eropa hanya menganggap bahwa dunia ini diisi oleh daratan Eropa, Asia, dan Afrika (Dunia Lama). Cortes berlayar menuju kota Azua di Hispaniola (kini di Republik Dominika) pada 1504 saat umurnya masih 19. Menghabiskan waktu selama tujuh tahun, ia diketahui pernah bekerja sebagai notaris dan petani. Pengalaman menaklukkan Dunia Baru datang saat ia bergabung bersama ekspedisi Diego Velázque ke Kuba pada 1511. Velázque sukses menguasai Kuba dan mendapat jabatan sebagai Gubernur, sedangkan Cortes bekerja sebagai pegawai bendahara dan pernah menjabat walikota Santiago. Pengalaman selama menaklukkan Kuba bikin Cortes terobsesi memimpin sebuah ekspedisi sendiri. Ia kemudian minta izin ke Velázque pada 1518 untuk berangkat ke Meksiko. Velazque mulanya sempat mengizinkan. Tapi belakangan ia punya firasat tak enak kepada Cortes yang dipandang punya potensi menjadi seseorang yang haus kekuasaan. Singkatnya, Cortes tetap berangkat pada 1519 meski tak dapat restu Velázque.

Menaklukkan Aztec bermodal 600 prajurit dan senjata api
Hasil gambar untuk perang masyarakat aztec
Pada 4 Maret 1519, tepat hari ini 499 tahun lalu, iring-iringan Cortes berisi sekitar 600 pria, termasuk para budak dari Afrika, deretan kuda, dan artileri mulai memasuki kawasan Meksiko. Beragam versi memunculkan nama lokasi yang menjadi pendaratan pertama rombongan Cortes. Ada yang menyebut di daerah Veracruz, Cozumal, Cabo Catoche, Yucatan, dan lainnya. Setelah mengkolonisasi daerah yang menjadi pendaratan pertama, pasukan Cortes kemudian bergeser ke Tabasco. Mereka memulai pertempuran dengan penduduk lokal pada 25 Maret 1519 di lembah Cintla. 
Kekuatan tak seimbang, penduduk asli kesulitan membasmi pasukan Spanyol yang bersenjata dan berseragam besi itu. Sebanyak 800 orang Tabasco terbunuh dan hanya berbalas dua orang Spanyol yang mati. Orang Tabasco menyerah dan bersumpah setia kepada Spanyol. Salah satu kepala suku memberi Cortes seorang budak wanita bernama Malinche yang kemudian dinikahinya. Cortes memanfaatkan Malinche sebagai pemandu lokal sekaligus penerjemah bahasa. Malinche yang fasih bahasa Aztec dan Maya belajar bahasa Spanyol. Wilayah Tlaxcala jadi target berikutnya. Diketahui bahwa daerah tersebut dalam pengaruh kekuasaan kerajaan Aztec.
Meski kerajaan Aztec punya pengaruh dan kekuatan besar di Meksiko, tak semua daerah Meksiko sepenuhnya tunduk atau suka. Tokoh lokal Tlaxcala bernama Xicotenga adalah salah satunya. Mereka berkongsi dan menggabungkan kekuatan untuk pergi menuju ibukota kerajaan Aztec di Tenochtitlan. Niatan Cortes yang hendak menaklukkan kerajaan besar Aztec tak sepenuhnya didukung para prajuritnya. Mereka melihat bahwa Cortes makin jauh melangkah mengabaikan instruksi Velázquez di Kuba. Mengetahui hal tersebut, Cortes menghancurkan seluruh kapal guna memastikan mereka tak pergi meninggalkan barisan. Langkah ini berhasil. Para prajurit meneruskan perjalanan bersama Cortes ke Tenochtitlan. Rombongan Cortes tiba di Tenochtitlán pada 8 November 1519 setelah menghabiskan tiga bulan karena sulitnya medan.

Dianggap reinkarnasi dewa
Tampaknya kedatangan Cortes bertepatan dengan sebuah ramalan kepercayaan Aztec tentang adanya dewa berkulit putih yang datang dari timur. Inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Raja Montezuma menyambut kedatangan Cortes dengan limpahan hadiah dan mengajak tur ke seantero istana Aztec. Penyambutan gila-gilaan orang Spanyol di tanah Aztec rupanya memicu kekacauan di kalangan masyarakat setempat. Keadaan makin runyam manakala Cortes langsung menyandera Montezuma dan menuntut uang tebusan yang besar kepada bangsa Aztec. Sedangkan pasukan Spanyol dikerahkan untuk menguasai kota Tenochtitlan. Malang, Montezuma meregang nyawa di tangan bangsanya sendiri setelah dirajam batu. Masih dalam suasana pertempuran, seperti diungkap Buddy Levy dalam Conquistador: Hernan Cortes, King Montezuma, and the Last Stand of the Aztecs (2008), Velázquez menerjunkan pasukan untuk menangkap Cortes pada April 1520 karena dianggap telah melanggar perintah. Cortes memberikan perlawanan kepada pasukan Velázquez dan berhasil mengalahkan mereka. Ia kembali ke Tenochtitlan dengan keadaan orang-orang Aztec hendak memberontak kepada Spanyol dan mengusir keluar.
Cortes tak hilang akal. Ia mulai mengkonsolidasi kekuatan dengan cara menguasai daerah-daerah pinggiran Tenochtitlan dan mendapatkan sekutu. Dengan kekuatan besar ini, Cortes menyerbu Tenochtitlan kembali dan berhasil menguasai kota pada Agustus 1521 setelah tiga bulan pengepungan. Setelah kemenangan, sebuah pemukiman baru bernama Mexico City berdiri di atas reruntuhan kerajaan Aztec. Cortes hendak menegaskan bagaimana ia bisa menaklukkan peradaban Aztec dan merebut Meksiko di bawah kendalinya. Sesuatu yang sudah ia impikan sejak di Spanyol.

Orang Spanyol membawa penyakit
 Ambisi Cortes menyebabkan praktik kekejaman besar kepada penduduk pribumi Meksiko. Peradaban Aztec yang eksis sejak tahun 1300, menguasai sekitar 80.000 mil persegi, dan berisi 15 juta orang harus berakhir di tangan orang Spanyol. Sebuah wabah mematikan yang menyerang pada tahun 1545 juga turut mempercepat berakhirnya era masyarakat Aztec karena merenggut nyawa jutaan orang dalam waktu lima tahun. Pada puncak penaklukan Spanyol, deretan daerah jajahan ini diberi nama Spanyol Baru. Wilayahnya meliputi Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Serikat Barat Daya dan Selatan, Hindia Barat Spanyol, Florida Spanyol, Filipina, dan beberapa pulau-pulau di Pasifik.

Akhir Perjalanan Cortes
Cortes sempat diberi jabatan sebagai Gubernur Jenderal untuk Spanyol Baru pada 1523. Jabatan ini merupakan suatu kehormatan besar dan puncak dari karier seorang penakluk (conquistador). Tetapi pemerintah Spanyol khawatir bahwa Cortes akan menjadi orang yang terlampau kuat.
Jabatan Gubernur Jenderal dilucuti setelah ia pulang dari ekspedisi ke Honduras pada 1524. Cortes menyempatkan pulang ke Spanyol pada 1528. Ia menghadap raja Charles V selaku penguasa Kerajaan Spanyol saat itu, memohon agar mandat jabatannya dikembalikan lagi. Permintaan Cortes hanya berakhir pada jabatan kapten jenderal, tidak lebih. Saat kembali ke Meksiko pada 1530, ia tak lagi menjadi orang kuat. Pengaruhnya terbatas dan aktivitasnya dipantau. Setelah sempat melanjutkan ekspedisi penjelajahannya ke Amerika Tengah, ia akhirnya pulang kampung pada 1540 dengan memendam rasa kecewa. Ia lalu memutuskan pensiun dari dunia penjelajahan yang berujung pada kolonialisme itu. Di sebuah perkebunan dekat Sevilla, Cortes mengembuskan napas terakhir pada 2 Desember 1547 akibat penyakit paru-paru yang menggerogotinya.
Perjalanan dan pertualangan cortes memang berliku dan panjang, penuh dengan peperangan dan intrik politik. Walau cortes menutup usia dengan penyakit, cortes dan orang-orang spanyol saat itu memang sangat menyukai emas, dari pada keselamatannya sendiri. Ketika pribumi Aztec menanyai cortes mengapa orang-orang spanyol sangat tergila-gila dengan emas ? cortes hanya menjawab “porque yo y mis amigos padecemos una enfermedad del hígado, que solo puede tratarse con oro.”  Kurang lebih berarti “karena saya dan kawan-kawan saya menderita penyakit hati, yang hanya bisa diobati oleh emas.”

Selasa, 03 Maret 2020

Ada yang Spesial di tanggal 3 Maret bagi Kalian Kaum Hawa, terutama di negeri Sakura. Apa itu?




Ket. Festival Hinamatsuri, tradisi penghormatan anak perempuan di negeri sakura

Jepang adalah negara yang selalu menarik untuk dibahas, baik berkaitan dengan alam, budaya, hingga tradisinya. Bukan hanya bunga sakura yang menjadi icon keindahan negeri ini, di setiap tahunnya juga selalu ada fertival-festival unik dan khas. Hal ini yang tentu menjadi daya tarik sendiri bagi para travelers untuk menikmati dan merasakan sendiri pengalaman yang tak ada dunianya di negeri sakura. Seperti festival unik yang hanya di laksanakan pada 3 Maret setiap tahun, yakni Ferstival anak perempuan atau Hinamatsuri.  Lalu apa sih Hinamatsuri ? Hal menarik apa yang ada didalamnya ?  Simak dalam ulasan berikut ini guys !

Dirayakan setiap 3 Maret


Setiap tanggal 3 Maret, masyarakat Jepang merayakan Hari Anak Perempuan dengan menempatkan serangkaian boneka khusus yang disusun berjajar. Perayaan atau festival unik di Jepang ini disebut Hinamatsuri atau Festival Boneka. Biasanya keluarga yang memiliki anak perempuan akan memajang serangkaian boneka yang menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Masyarakat setempat percaya bahwa boneka tersebut dapat menghilangkan roh jahat dan hal tersebut merupakan bentuk doa dari orang tua bagi kesehatan dan kehidupan anak perempuan mereka.

Sejarah dan asal usul

Terdapat berbagai macam cerita mengenai asal-usul hinamatsuri. Kali ini, akan dijelaskan asal-usul dari cerita “Joshi no Sekku” yang diadakan di Tiongkok lebih dari 300 tahun yang lalu sebelum Masehi. Pada zaman Dinasti Han, ada seorang laki-laki yang memiliki tiga orang anak perempuan. Akan tetapi, ketiga anaknya meninggal saat berusia tidak lebih dari tiga hari. Orang-orang desa yang melihat kesedihan di wajah laki-laki itu membantu menyucikan mayat ketiga anak perempuannya dengan sake (arak). Lalu ketiga anaknya itu dimakamkan dengan cara “suiso” yaitu menghanyutkan jenazah ke laut atau sungai. Konon dari sinilah tradisi hinamatsuri dimulai.
Ada istilah joshi dalam nama festival tersebut. Joshi merujuk pada hari peringatan 12 shio yang datang pada awal bulan tiga dalam kalender lunar. Periode ini merupakan masa pergantian musim. Pada masa itu, orang Tiongkok menganggap pada musim pergantian tersebut dipercaya sebagai masa roh-roh jahat mudah memasuki tubuh manusia. Oleh karena itu, pada hari joshi, mereka mengusir roh-roh jahat dengan menyucikan diri di tepian air sungai atau laut. Joshi no sekku disebarluaskan ke Jepang oleh kentoshi, utusan dari Jepang yang bertugas di Tiongkok. Di Jepang, tradisi tersebut berubah menjadi sebuah acara tahunan di istana kekaisaran yang disebut dengan “Joshi no harai”. Pada tradisi ini, mereka menuliskan tanggal lahir di boneka dewa. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat memindahkan bencana yang akan menimpa mereka ke boneka. Lalu menghanyutkan boneka di sungai. Tradisi ini berlanjut dari zaman Heian, zaman edo hingga sekarang dengan sedikit banyak perubahan yang terjadi.

Makanan khas pada perayaan Hinamatsuri

Pada waktu hinamatsuri, terdapat kebiasaan makan masakan tradisional yang menggunakan bahan makanan yang menunjukkan musim semi telah tiba. Setiap masakan mengandung makna. Dengan mengenal makna dari masakan tersebut, kita akan memahami lebih dalam makna hinamatsuri.
Kalau berbicara tentang hinamatsuri, orang Jepang biasanya akan teringat dengan chirashizushi. Ini adalah sejenis sushi berupa hidangan berbagai jenis topping yang disebar (chirashi) di atas nasi sushi. Masakan chirashi-zushi ini sendiri bukanlah masakan yang terlahir dari perayaan hinamatsuri. Namun karena bahan yang digunakan dipercaya membawa keberuntungan, banyak keluarga yang menikmati hidangan ini saat hinamatsuri.
Misalnya udang melambangkan panjang usia, karena bentuk badannya yang bengkok dan kumisnya mengingatkan pada usia panjang. Akar teratai yang berlubang melambangkan cara pandangan yang baik. Kacang melambangkan kesehatan dan mampu bekerja dengan giat. Selain itu, wortel dan daun mitsuba (trefoil leaf) juga digunakan untuk menambah kemewahan hidangan menyambut musim semi. Masakan ini juga bisa dinikmati bersama banyak orang. Ini menjadi satu alasan yang membuat masakan ini biasa dihidangkan pada saat hinamatsuri. Selain itu, temarizushi (sushi yang dibentuk seperti bola) juga populer. Ukuran sushinya sesuai untuk anak-anak dan dihidangkan dengan topping berwarna-warni. Temarizushi juga cocok sebagai menu pesta dengan menghidangkannya di atas piring besar.
Ferstival Hinamatsuri selalu di tunggu-tunggu oleh masyarakat jepang khususnya anak-anak perempuan yang akan diberi hadiah khusus saat itu. Walau kebiasaan ini  kemungkinan berasal  dari tiongkok tepatnya saat Dinasti Han berkuasa, masyarakat jepang tetap merayakannya hingga sekarang. Hal ini karena banyaknya kebudayaan yang sama di dua negara ini, dan yang paling penting adalah harapannya yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Harapan akan anak-anak perempuan yang memiliki harapan hidup yang tinggi dan dapat tumbuh hingga dewasa. Karna rendahnya harapan hidup anak-anak saat itu khususnya tingginya kematian yang menimpa anak perempuan dari pada anak lelaki di asia timur khususnya.