Kamis, 05 Maret 2020

Herman Cortes penakluk Aztec yang sangat berambisi



Sejak awal abad ke-14 sampai akhir abad ke-18, Eropa sedang memasuki periode Zaman Penjelajahan. Orang-orang Eropa mulai berlayar mencapai daerah baru yang umumnya merujuk pada benua Amerika atau daerah lain yang belum pernah diketahui sebelumnya. Sebuah periode yang menandai dimulainya era kolonialisme. hal ini dilatarbelakangi oleh penaklukkan konstantinopel oleh bangsa turki, yang mengharuskan masyarakat eropa mencari sendiri rempah-rempah ke timur jauh. Dari sederet tokoh Eropa yang muncul memimpin ekspedisi pelayaran dan penaklukan, nama Hernan Cortes mencuat sebagai orang Spanyol yang sukses menundukkan kerajaan Aztec sekarang Meksiko secara penuh. Bagaimana Cortes menaklukkan kerajaan Aztec ? siapa sebenarnya cortes ? simak ulasan dan fakta menariknya berikut.

Mengenal masyarakat Aztec
Kata Aztec berarti "orang-orang dari Aztlan’’ yakni tempat yang dimitoskan sebagai negeri asal beberapa suku bangsa yang bermukim di kawasan tengah Meksiko. Suku bangsa ini tergolong besar dan diperkirakan memiliki penduduk yang padat saat itu, dengan perekonomian mengandalkan perdagangan yang berbasis pertanian jagung. Suku bangsa ini tak memiliki mata uang sendiri, system perekonomian dalam transaksi menggunakkan system barter barang. Kain dan buah kakao sering digunahkan untuk menukar kebutuhan pokok saat itu. System pemerintahan Aztec adalah kerajaan dimana seorang raja ditunjuk sebagai pemimpin dengan dibantu beberapa penasihat. Dalam kebudayaan Aztec memiliki kepercayaan menyembah patung yang dianggap menjembatani manusia dengan dewa, serta mengadakan upacara persembahan dengan mengorbankan tumbuhan, binatang, bahkan manusia. Melalui sejarah lisan atau legenda maupun dari dokumen tertulis abad 16 dan 17 yang merupakan laporan saksi mata penakluk Spanyol, penemuan arkeologi, dan naskah kuno.

Awal Mula Petualangan Cortes
Bernama lengkap Hernán Cortés, marqués del Valle de Oaxaca, ia lahir di Medellin, provinsi Extremadura, Spanyol pada 1485 dari pasangan Martin Cortés de Monroy dan Catalina Pizarro Altamirano. Keluarganya merupakan golongan priyayi yang dihormati meski tak sekaya dan sebesar priayi lainnya. Cortes, yang dikenal sebagai penakluk sukses, sejatinya tak punya jam terbang tinggi dalam hal perang. Pendidikan terakhirnya adalah ilmu hukum di University of Salamanca dan tidak tamat. Baru dua tahun kuliah, ia merasa bosan dan memutuskan berhenti. Cortes berpaling dari dunia pendidikan dan mulai terpesona dengan kisah-kisah penemuan emas dan kekayaan lainnya di Dunia Baru.
Apa yang dimaksud dengan "Dunia Baru" di zaman itu adalah daratan benua Amerika. Kata tersebut muncul pada abad ke-15 berbarengan dengan dimulainya Zaman Penjelajahan. Penyebutan Dunia Baru muncul karena sebelumnya orang Eropa hanya menganggap bahwa dunia ini diisi oleh daratan Eropa, Asia, dan Afrika (Dunia Lama). Cortes berlayar menuju kota Azua di Hispaniola (kini di Republik Dominika) pada 1504 saat umurnya masih 19. Menghabiskan waktu selama tujuh tahun, ia diketahui pernah bekerja sebagai notaris dan petani. Pengalaman menaklukkan Dunia Baru datang saat ia bergabung bersama ekspedisi Diego Velázque ke Kuba pada 1511. Velázque sukses menguasai Kuba dan mendapat jabatan sebagai Gubernur, sedangkan Cortes bekerja sebagai pegawai bendahara dan pernah menjabat walikota Santiago. Pengalaman selama menaklukkan Kuba bikin Cortes terobsesi memimpin sebuah ekspedisi sendiri. Ia kemudian minta izin ke Velázque pada 1518 untuk berangkat ke Meksiko. Velazque mulanya sempat mengizinkan. Tapi belakangan ia punya firasat tak enak kepada Cortes yang dipandang punya potensi menjadi seseorang yang haus kekuasaan. Singkatnya, Cortes tetap berangkat pada 1519 meski tak dapat restu Velázque.

Menaklukkan Aztec bermodal 600 prajurit dan senjata api
Hasil gambar untuk perang masyarakat aztec
Pada 4 Maret 1519, tepat hari ini 499 tahun lalu, iring-iringan Cortes berisi sekitar 600 pria, termasuk para budak dari Afrika, deretan kuda, dan artileri mulai memasuki kawasan Meksiko. Beragam versi memunculkan nama lokasi yang menjadi pendaratan pertama rombongan Cortes. Ada yang menyebut di daerah Veracruz, Cozumal, Cabo Catoche, Yucatan, dan lainnya. Setelah mengkolonisasi daerah yang menjadi pendaratan pertama, pasukan Cortes kemudian bergeser ke Tabasco. Mereka memulai pertempuran dengan penduduk lokal pada 25 Maret 1519 di lembah Cintla. 
Kekuatan tak seimbang, penduduk asli kesulitan membasmi pasukan Spanyol yang bersenjata dan berseragam besi itu. Sebanyak 800 orang Tabasco terbunuh dan hanya berbalas dua orang Spanyol yang mati. Orang Tabasco menyerah dan bersumpah setia kepada Spanyol. Salah satu kepala suku memberi Cortes seorang budak wanita bernama Malinche yang kemudian dinikahinya. Cortes memanfaatkan Malinche sebagai pemandu lokal sekaligus penerjemah bahasa. Malinche yang fasih bahasa Aztec dan Maya belajar bahasa Spanyol. Wilayah Tlaxcala jadi target berikutnya. Diketahui bahwa daerah tersebut dalam pengaruh kekuasaan kerajaan Aztec.
Meski kerajaan Aztec punya pengaruh dan kekuatan besar di Meksiko, tak semua daerah Meksiko sepenuhnya tunduk atau suka. Tokoh lokal Tlaxcala bernama Xicotenga adalah salah satunya. Mereka berkongsi dan menggabungkan kekuatan untuk pergi menuju ibukota kerajaan Aztec di Tenochtitlan. Niatan Cortes yang hendak menaklukkan kerajaan besar Aztec tak sepenuhnya didukung para prajuritnya. Mereka melihat bahwa Cortes makin jauh melangkah mengabaikan instruksi Velázquez di Kuba. Mengetahui hal tersebut, Cortes menghancurkan seluruh kapal guna memastikan mereka tak pergi meninggalkan barisan. Langkah ini berhasil. Para prajurit meneruskan perjalanan bersama Cortes ke Tenochtitlan. Rombongan Cortes tiba di Tenochtitlán pada 8 November 1519 setelah menghabiskan tiga bulan karena sulitnya medan.

Dianggap reinkarnasi dewa
Tampaknya kedatangan Cortes bertepatan dengan sebuah ramalan kepercayaan Aztec tentang adanya dewa berkulit putih yang datang dari timur. Inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Raja Montezuma menyambut kedatangan Cortes dengan limpahan hadiah dan mengajak tur ke seantero istana Aztec. Penyambutan gila-gilaan orang Spanyol di tanah Aztec rupanya memicu kekacauan di kalangan masyarakat setempat. Keadaan makin runyam manakala Cortes langsung menyandera Montezuma dan menuntut uang tebusan yang besar kepada bangsa Aztec. Sedangkan pasukan Spanyol dikerahkan untuk menguasai kota Tenochtitlan. Malang, Montezuma meregang nyawa di tangan bangsanya sendiri setelah dirajam batu. Masih dalam suasana pertempuran, seperti diungkap Buddy Levy dalam Conquistador: Hernan Cortes, King Montezuma, and the Last Stand of the Aztecs (2008), Velázquez menerjunkan pasukan untuk menangkap Cortes pada April 1520 karena dianggap telah melanggar perintah. Cortes memberikan perlawanan kepada pasukan Velázquez dan berhasil mengalahkan mereka. Ia kembali ke Tenochtitlan dengan keadaan orang-orang Aztec hendak memberontak kepada Spanyol dan mengusir keluar.
Cortes tak hilang akal. Ia mulai mengkonsolidasi kekuatan dengan cara menguasai daerah-daerah pinggiran Tenochtitlan dan mendapatkan sekutu. Dengan kekuatan besar ini, Cortes menyerbu Tenochtitlan kembali dan berhasil menguasai kota pada Agustus 1521 setelah tiga bulan pengepungan. Setelah kemenangan, sebuah pemukiman baru bernama Mexico City berdiri di atas reruntuhan kerajaan Aztec. Cortes hendak menegaskan bagaimana ia bisa menaklukkan peradaban Aztec dan merebut Meksiko di bawah kendalinya. Sesuatu yang sudah ia impikan sejak di Spanyol.

Orang Spanyol membawa penyakit
 Ambisi Cortes menyebabkan praktik kekejaman besar kepada penduduk pribumi Meksiko. Peradaban Aztec yang eksis sejak tahun 1300, menguasai sekitar 80.000 mil persegi, dan berisi 15 juta orang harus berakhir di tangan orang Spanyol. Sebuah wabah mematikan yang menyerang pada tahun 1545 juga turut mempercepat berakhirnya era masyarakat Aztec karena merenggut nyawa jutaan orang dalam waktu lima tahun. Pada puncak penaklukan Spanyol, deretan daerah jajahan ini diberi nama Spanyol Baru. Wilayahnya meliputi Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Serikat Barat Daya dan Selatan, Hindia Barat Spanyol, Florida Spanyol, Filipina, dan beberapa pulau-pulau di Pasifik.

Akhir Perjalanan Cortes
Cortes sempat diberi jabatan sebagai Gubernur Jenderal untuk Spanyol Baru pada 1523. Jabatan ini merupakan suatu kehormatan besar dan puncak dari karier seorang penakluk (conquistador). Tetapi pemerintah Spanyol khawatir bahwa Cortes akan menjadi orang yang terlampau kuat.
Jabatan Gubernur Jenderal dilucuti setelah ia pulang dari ekspedisi ke Honduras pada 1524. Cortes menyempatkan pulang ke Spanyol pada 1528. Ia menghadap raja Charles V selaku penguasa Kerajaan Spanyol saat itu, memohon agar mandat jabatannya dikembalikan lagi. Permintaan Cortes hanya berakhir pada jabatan kapten jenderal, tidak lebih. Saat kembali ke Meksiko pada 1530, ia tak lagi menjadi orang kuat. Pengaruhnya terbatas dan aktivitasnya dipantau. Setelah sempat melanjutkan ekspedisi penjelajahannya ke Amerika Tengah, ia akhirnya pulang kampung pada 1540 dengan memendam rasa kecewa. Ia lalu memutuskan pensiun dari dunia penjelajahan yang berujung pada kolonialisme itu. Di sebuah perkebunan dekat Sevilla, Cortes mengembuskan napas terakhir pada 2 Desember 1547 akibat penyakit paru-paru yang menggerogotinya.
Perjalanan dan pertualangan cortes memang berliku dan panjang, penuh dengan peperangan dan intrik politik. Walau cortes menutup usia dengan penyakit, cortes dan orang-orang spanyol saat itu memang sangat menyukai emas, dari pada keselamatannya sendiri. Ketika pribumi Aztec menanyai cortes mengapa orang-orang spanyol sangat tergila-gila dengan emas ? cortes hanya menjawab “porque yo y mis amigos padecemos una enfermedad del hígado, que solo puede tratarse con oro.”  Kurang lebih berarti “karena saya dan kawan-kawan saya menderita penyakit hati, yang hanya bisa diobati oleh emas.”
Previous Post
Next Post

4 komentar: