Ket. Festival Hinamatsuri, tradisi penghormatan anak
perempuan di negeri sakura
Jepang adalah negara yang selalu menarik untuk dibahas,
baik berkaitan dengan alam, budaya, hingga tradisinya. Bukan hanya bunga sakura
yang menjadi icon keindahan negeri ini, di setiap tahunnya juga selalu ada
fertival-festival unik dan khas. Hal ini yang tentu menjadi daya tarik sendiri
bagi para travelers untuk menikmati dan merasakan sendiri pengalaman yang tak
ada dunianya di negeri sakura. Seperti festival unik yang hanya di laksanakan
pada 3 Maret setiap tahun, yakni Ferstival anak perempuan atau
Hinamatsuri. Lalu apa sih Hinamatsuri ?
Hal menarik apa yang ada didalamnya ?
Simak dalam ulasan berikut ini guys !
Dirayakan
setiap 3 Maret
Setiap tanggal 3 Maret, masyarakat Jepang merayakan Hari
Anak Perempuan dengan menempatkan serangkaian boneka khusus yang disusun
berjajar. Perayaan atau festival unik di Jepang ini disebut Hinamatsuri atau
Festival Boneka. Biasanya keluarga yang memiliki anak perempuan akan memajang serangkaian
boneka yang menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Masyarakat
setempat percaya bahwa boneka tersebut dapat menghilangkan roh jahat dan hal
tersebut merupakan bentuk doa dari orang tua bagi kesehatan dan kehidupan anak
perempuan mereka.
Sejarah
dan asal usul
Terdapat berbagai macam cerita mengenai asal-usul
hinamatsuri. Kali ini, akan dijelaskan asal-usul dari cerita “Joshi no Sekku”
yang diadakan di Tiongkok lebih dari 300 tahun yang lalu sebelum Masehi. Pada
zaman Dinasti Han, ada seorang laki-laki yang memiliki tiga orang anak
perempuan. Akan tetapi, ketiga anaknya meninggal saat berusia tidak lebih dari
tiga hari. Orang-orang desa yang melihat kesedihan di wajah laki-laki itu
membantu menyucikan mayat ketiga anak perempuannya dengan sake (arak). Lalu
ketiga anaknya itu dimakamkan dengan cara “suiso” yaitu menghanyutkan jenazah
ke laut atau sungai. Konon dari sinilah tradisi hinamatsuri dimulai.
Ada istilah joshi dalam nama festival tersebut. Joshi
merujuk pada hari peringatan 12 shio yang datang pada awal bulan tiga dalam
kalender lunar. Periode ini merupakan masa pergantian musim. Pada masa itu,
orang Tiongkok menganggap pada musim pergantian tersebut dipercaya sebagai masa
roh-roh jahat mudah memasuki tubuh manusia. Oleh karena itu, pada hari joshi,
mereka mengusir roh-roh jahat dengan menyucikan diri di tepian air sungai atau
laut. Joshi no sekku disebarluaskan ke Jepang oleh kentoshi, utusan dari Jepang
yang bertugas di Tiongkok. Di Jepang, tradisi tersebut berubah menjadi sebuah
acara tahunan di istana kekaisaran yang disebut dengan “Joshi no harai”. Pada
tradisi ini, mereka menuliskan tanggal lahir di boneka dewa. Hal ini dilakukan
dengan harapan dapat memindahkan bencana yang akan menimpa mereka ke boneka.
Lalu menghanyutkan boneka di sungai. Tradisi ini berlanjut dari zaman Heian,
zaman edo hingga sekarang dengan sedikit banyak perubahan yang terjadi.
Makanan
khas pada perayaan Hinamatsuri
Pada waktu hinamatsuri, terdapat kebiasaan makan masakan
tradisional yang menggunakan bahan makanan yang menunjukkan musim semi telah
tiba. Setiap masakan mengandung makna. Dengan mengenal makna dari masakan
tersebut, kita akan memahami lebih dalam makna hinamatsuri.
Kalau berbicara tentang hinamatsuri, orang Jepang
biasanya akan teringat dengan chirashizushi. Ini adalah sejenis sushi berupa
hidangan berbagai jenis topping yang disebar (chirashi) di atas nasi sushi.
Masakan chirashi-zushi ini sendiri bukanlah masakan yang terlahir dari perayaan
hinamatsuri. Namun karena bahan yang digunakan dipercaya membawa keberuntungan,
banyak keluarga yang menikmati hidangan ini saat hinamatsuri.
Misalnya udang melambangkan panjang usia, karena bentuk
badannya yang bengkok dan kumisnya mengingatkan pada usia panjang. Akar teratai
yang berlubang melambangkan cara pandangan yang baik. Kacang melambangkan
kesehatan dan mampu bekerja dengan giat. Selain itu, wortel dan daun mitsuba
(trefoil leaf) juga digunakan untuk menambah kemewahan hidangan menyambut musim
semi. Masakan ini juga bisa dinikmati bersama banyak orang. Ini menjadi satu
alasan yang membuat masakan ini biasa dihidangkan pada saat hinamatsuri. Selain
itu, temarizushi (sushi yang dibentuk seperti bola) juga populer. Ukuran
sushinya sesuai untuk anak-anak dan dihidangkan dengan topping berwarna-warni.
Temarizushi juga cocok sebagai menu pesta dengan menghidangkannya di atas
piring besar.
Ferstival Hinamatsuri selalu di tunggu-tunggu oleh
masyarakat jepang khususnya anak-anak perempuan yang akan diberi hadiah khusus
saat itu. Walau kebiasaan ini kemungkinan
berasal dari tiongkok tepatnya saat
Dinasti Han berkuasa, masyarakat jepang tetap merayakannya hingga sekarang. Hal
ini karena banyaknya kebudayaan yang sama di dua negara ini, dan yang paling
penting adalah harapannya yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang.
Harapan akan anak-anak perempuan yang memiliki harapan hidup yang tinggi dan
dapat tumbuh hingga dewasa. Karna rendahnya harapan hidup anak-anak saat itu
khususnya tingginya kematian yang menimpa anak perempuan dari pada anak lelaki
di asia timur khususnya.
Wihhh artikelnya sangat bermanfaat sekali, saya suka saya suka
BalasHapusSaya doakan adminnya bisa ke jepang deh ya😁
BalasHapusSemangat nulis min..✊🏼
Konten yg di angkat bagus
Bagus
BalasHapus